Kunjungan saya ke ujung pulau Jawa kali ini Alhamdulillah melengkapi sederet perjalanan untuk menjejakkan kaki ke semua provinsi yang ada di pulau Jawa dan berakhir tepat di provinsi Banten ini. Sesuai dengan kebiasaan sebelum-sebelumnya ketika mnjejakkan kaki di provinsi baru pasti saya mencari titik nol dan dan ikon dari provinsi tersebut. Tempat yang menjadi ikon yang saya kunjungi di provinsi Banten ini adalah Masjid Agung yang sudah ada berabad-abad lalu pada era kejayaan Sultan Maulana Hasanuddin.
Cerita perjalanan
Masjid Agung terletak di kawasan Banten lama kota Serang dimana pada saat saya sampai di kawasan Banten lama saya merasa sangat aneh. Mengapa? Karena ketika kita sampai di kawasan ini seakan-akan kita berada di sebuah kota pada masa lalu dengan bangunan-bangunan kuno, pasar tradisional yang menjual berbagai jajanan khas dan unik, barang-barang bersejarah serta reruntuhan Benteng Kaibon yang memperlihatkan jayanya Sultan Maulana Hasanuddin pada masa itu.
Perjalanan saya menuju kawasan Banten lama terbilang unik, karena ketika kita berkendara di kota Serang yang ramai eh tiba-tiba ketemu tempat yang kuno seperti ini, ibarat air dan api yang saling bertolak belakang (asikk). Jika kita berangkat dari arah Cilegon selanjutnya belok kiri ketika melihat taman yang bertuliskan “Alun-Alung Kota Serang”. Nah dari situ terus saja mengikuti jalan raya dan petunjuk arah. Selanjutnya jangan heran ketika melihat kasur hijau yang luas membentang alias daerah persawahan karena jalan tersebut sudah benar. Agar lebih memudahkan untuk diingat yakni apabila sudah melewati sawah, danau Tasikardi, terminal bus dan Benteng Kaibon maka anda sudah dekat saya, hahaha maksudnya sudah dekat dengan Masjid Agung.
Tiba di lokasi
Tiba dilokasi Banten lama sontak serasa berada disuatu tempat pada jaman dulu dimana semua masih serba tradisional dengan adanya pasar dan tempat ziarah. Aktifitas di tempat ini benar-benar ramai dan hidup dengan berbagai kegiatan mulai dari penjual jajanan, lukisan, baju dan yang paling banyak ialah penjual peci/songkok.
Setelah saya parkir mobil dan melewati kawasan pasar tradisional dengan berjalan kaki 5 menit akhirnya saya tiba di Masjid Agung. Tapi ada sesuatu yang terlupa, oh iya…. yang saya parkir tadi itu bukan mobil tapi hanya sepeda motor, hahaha itupun sepeda motor yang dipinjamkan oleh teman saya. Saran saya gunakanlah sepeda motor agar bisa lebih leluasa kesana kemari.
Aktifitas
Aktifitas di Masjid Agung ini ternyata bukan hanya sholat saja tapi ada juga ziarah ke makam yang berada tepat di kawasan Masjid ini. Jadi puncak ramai dari tempat ini ialah pada musim lebaran idul fitri dan idul adha dimana orang-orang dari luar Banten juga dating untuk berziarah. Selain itu aktifitas lain yang orang-orang lakukan disini ialah naik ke menara Masjid yang bentunya khas mirip mercusuar, jika ingin naik ke menara kita membayar Rp 2.000 dimana kita harus antri karena tangga menuju puncak menara hanya muat untuk satu orang sehingga kita harus antri jika ingin naik dan turun, kalau istilah dalam lalu lintas yah…. Namanya satu jalur.
Setelah puas berkeliling, the last… mengabadikan momen dengan berfoto with Mydaypack dengan latar Masjid Agung yang merupakan ikon provinsi Banten yang dapat dilihat pada logo provinsi ini dimana terdapat sebuah menara yang merupakan menara Masjid Agung. Buat para pelancong yang sering ke kota tua Jakarta sekali-kali luangkanlah waktunya untuk ke kota tua Banten yang tidak kalah serunya untuk dikunjungi. Jadi, ayo ke Banten!
Wah Banten ini memang menyimpan sejarah prakolonial. Lebih tua dari Kota Tua Jakarta. Tapi beda juga dengan Sunda. Pernah saya dengar cerita bahwa Banten ini dulu demikian maju karena selain pusat agama, dikenal pula sebagai kota bandar tempat pedagang internasional berkumpul. Lebih tua dari Sunda Kelapa. Doh jadi mupeng dah. Terima kasih rekomendasinya Mas, nanti saya cari pinjaman motor di Serang dulu, hehe…
Mas, mohon maaf sebelumnya, tapi saran sedikit, tulisannya diperbesar dong… ini dilihat di layar komputer agak kecil, haha. Eh atau saya yang lupa zoom browsernya, ya?
iyaa benerr lebih tua dri kota tua jkt dan dulunya memang sebagai pusat jalur perdagangan karena bersampingan langsung dengan selat sunda….
iya masbro tulisannya agak kecil hehee, lagi coba2 tema yg ada….
Tempat ini selalu rame orang ziarah, aku punya sodara sepupu di serang dan tiap gw main ke rumah nya selalu diajakin buat ziarah kesini tapi gw selalu kabur hahaha
iyaaa emang ramai banget. saya juga ga ikutan ziarah cuman liat2 ajaa oh kayak gitu yah kegiatan orang2 disini. anyway mascumi punya saudara dimana-mana yah hahahaaa
Gw buka cabang di setiap kota, biar kalo main ada yg di tebengi hahahaha
Kok saya malah fokus ke lukisan yang ada singanya yah. Emang rata-rata di beberapa masjid, penjual lukisan ini lumayan banyak.
iyaaa bener, lukisannya menggambarkan pahlawan2 banten kala itu….
Wah, baru bulan lalu saya ke masjid agung ini, namun banyaknya permintaan sumbangan (kotak amal) yang tidak simpatik membuat mood kami hilang untuk eksplorasi :/
Semoga di lain kesempatan bisa menjelajah dengan tenang!
iya bener banget ada banyak kotak amal di sepanjang perjalanan hehee
Dulu pernah tinggal di banten, tepatnya tangerang selatan belum pernah main kesini, hikz
walah sayang sekali, padahal ini ikon banten lho hihi, kudu kesini lagi deh kayaaknya
Iya nih kaka, sekalian ke Rangkasbitung 🙂
Setelah sampai di menara masjid, apa saja yang bisa dilihat? Tinggi sekali ya menaranya?
Sepertinya traveling saya harus jauh ke Serang, Banten ya. Ternyata ada tempat wisata keren di sana.
Btul kaks,, bagus wisata sejarah dan religi di banten juga..
Bangunannya benar2 masih mempertahankan bangunan model jaman dulu. Inimi yang membuatnya unik dan menarik ?
Iyee, pernah ke banten?
Banten ini satu-satunya provinsi di Jawa yang belum saya kunjungi ibukotanya
selama ini kalau ke Banten, ya paling cuma sampai Tangerang saja
Padahal, Banten memang punya banyak cerita tentang penyebaran Islam. Salah satunya ya yang di tulisan ini.
Iye kuat ke islamannya banteng daeng. Trmasuk pas sholat jumat 212 bny dr banten juga