Catatan Pendakian Gunung Rinjani 3726 MDPL 17 Agustus 2017

Rinjani merupakan salah satu dari 7 puncak gunung tertinggi yang ada di Indonesia atau yang biasa disebut seven summit of Indonesia. Keindahan Rinjani bagaikan surga dunia yang sengaja dititipkan sang pencipta di Indonesia, maka dari itu kita harus terus menjaga dan melestarikannya. Diantara banyak gunung yang ada di Indonesia seperti Cartenzs, Kerinci, Semeru, Latimojong dan masih banyak gunung lainnya, saya yakin Rinjani merupakan gunung yang tidak akan dilewatkan oleh para pendaki untuk dijelajahi. Namun, untuk melihat keindahan puncak Anjani butuh pengorbanan yang lebih untuk menggapainya entah itu pengorbanan waktu, biaya, tenaga bahkan pengorbanan kesehatan.

Dulu ketika saya berumur sekitar 8 tahun saya pernah mendengar kata-kata

“jika kau pernah menapaki Rinjani maka itu bagaikan melihat keindahan 7 gunung yang ada”

Kata-kata itu masih saya ingat sampai saya menjejaki puncak Anjani beberapa hari yang lalu, dan ternyata kata-kata itu memang benar. Rinjani memiliki setiap detail keindahan di setiap jalurnya. Mulai dari awal perjalanan hingga di puncak perjalanan mata seakan tak ingin berhenti memandang keindahannya.

Mengapa Mt. Rinjani 3726 MDPL ?

Alasan mengapa orang-orang lokal hingga mancanegara sangat-sangat ingin melihat puncak Anjani ialah karena pesona keindahannya yang membuat setiap yang melihatnya berdecak kagum.

Dimana lokasi Mt. Rinjani?

Gunung Rinjani merupakan gunung berapi aktif yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara barat dengan ketinggian 3.726 MDPL gunung ini menjadi gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia yang terletak pada lintang 8º25′ LS dan 116º28′ BT. Gunung ini merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Rinjani yang memiliki luas sekitar 41.330 ha. Puncak gunung ini disebut Puncak Anjani yang penamaannya diambil dari nama Dewi Anjani penjaga gunung Rinjani, tutur warga desa Sembalun yang sudah tinggal di kaki gunung Rinjani turun temurun.

Bagaimana cara ke Puncak Anjani Mt. Rinjani 3726 MDPL?

Mencapai puncak Anjani bukanlah semudah berjalan diatas tanah, lebih dari itu butuh banyak hal dan pengorbanan yang harus dilakukan. Punya banyak uang bukanlah faktor penentu untuk menaklukkan puncak 3726 MDPL ini, lebih dri itu kita butuh persiapan fisik, mental dan kesehatan yang prima. Jika kalian berada di luar pulau Lombok anda bisa melewati jalur berikut:

  • Naik pesawat tujuan Bandara International Praya – Lombok (via udara)
  • Naik kapal ferry tujuan pelabuhan Lembar – Lombok (via laut)
  • Naik mobil dari bandara/pelabuhan menuju desa Sembalun
  • Melakukan pendakian paling minimal 3D/2N (professional) atau 5D/4N (standard)
Bandara International Lombok – Praya

Catatan Pendakian

Day 1 (Adaptasi)

Awalnya saya berangkat tanggal 16 Agustus dari bandara Sultan Hasanuddin Makassar pukul 2 siang dan tiba di Bandara Praya Lombok pukul 3 sore. Selanjutnya naik kendaraan darat menuju ke desa Sembalun untuk melakukan pendakian. Tapi alhasil kami tiba pukul 9 malam karena kemacetan dimana-mana dalam rangkat HUT RI ke 72. Niat untuk melakukan pendakian malam adalah hal yang dilarang untuk rinjani, karena rawan tersesat di padang sabana Pos 1 dan Pos 2. Maka dari itu setibanya di desa Sembalun yang kami lakukan ialah beradaptasi dengan iklim sekitar yang super dingin euy. Sempat saya coba untuk masuk ke wc untuk mandi, alhasil yang saya lakukan hanya cuci kaki dan cuci muka saja karena suhu air di kamar mandi sama seperti suhu air minum kulkas dirumah, hahaha.

Sebenarnya awal-awal saya hanya sendiri yang berniat berangkat, tapi saya mencoba mengajak beberapa teman di Barru, Makassar, dan di pulau Jawa. Ternyata akhirnya saya berangkat berdua sama salah seorang sahabat bernama Zaula. Tiba di Sembalun saya bertemu sahabat lain bernama Zein, Qiah, Zizah dan bang Bob kemudian berkenalanlah kita di desa Sembalun dengan cuaca sejuknya. Kemudian di pos ekstra kami bertemu bang Agus yang sudah kami kenal sejak awal. Terakhir saat perjalanan pulang kami bertambah lagi yakni si Mas Adam dan Mas Juna dari Jawa Timur.

 

Day 2 (Pendakian)

Bangun pagi-pagi kemudian saya keluar dan melakukan olahraga ringan mengelilingi desa Sembalun sembari bercengkrama dengan warga sekitar yang ramah. Sejauh mata memandang hanya terlihat gugusan gunung dan bukit yang sangat indah. Setelah itu kembali ke penginapan dan packing ulang pendakian.

Selanjutnya menuju pos pendaftaran jalur via Sembalun, disini kita wajib membayar biaya registrasi senilai Rp 20.000/org serta mengisi biodata sesuai KTP jikalau terjadi apa-apa yang tidak kita inginkan selama pendakian maka akan ada asuransi dari pihak TNGR.

Setelah itu lanjut naik mobil pick up menuju pintu gerbang jalur via Sembalun kurang lebih 15 menit dengan debu yang berterbangan dimana-mana. Tiba di pintu gerbang kemudian kita briefing dan berdoa sebelum berangkat.

Perjalanan dari pintu gerbang menuju Pos 1 kurang lebih 2 jam dengan pemandangan padang sabana hijau nan luas dikelilingi bukit dan gunung yang menjulang tinggi yang sangat indah. Track menuju Pos 1 cukup ringan yakni beberapakali melewati tanjakan dan jembatan dengan bekas aliran sungai kering dibawahnya di bawah terik sinar matahari yang menyengat.

Perjalanan selanjutnya menuju Pos 2 kurang lebih kami tempuh selama 1 jam dengan tanjakan yang semakin buaanyak dan sengatan matahari yang semakin panas dengan sesekali hembusan angin yang terasa dingin, sungguh iklim yang membuat kondisi tubuh menjadi aneh. Namun hal tersebut setara dengan sajian pemandangan yang super indah di track ini, makanya banyak yang memilih jalur via sembalun. Jika mata bisa berbicara mungkin dia akan bilang

“saya sangat puas melihat keindahan alam ciptaan yang maha kuasa ini”.

Setibanya di Pos 2 ternyata sangat ramai, bahkan sudah ada yang mendirikan tenda dan terpal untuk beristirahat. Ternyata tempat ini sering dijadikan pos peristirahatan karena di pos ini terdapat mata air, mushollah buatan orang sekitar, tempat berteduh dan juga tanah lapang yang datar. Tapi hati-hati dengan monyet yang berkeliaran disini, bisa saja dia mengambil bekal makanan kita, hahaha.

Setelah istirahat dan makan siang di Pos 2 kami melanjutkan pendakian menuju Pos 3 kurang lebih selama 1 jam. Harapan kami ingin melihat jalur yang landai ialah salah, ternyata tanjakannya malah tidak jauh berbeda curamnya ditambah kondisi betis yang mulai menjerit dan perut yang baru saja diisi membuat mata juga semakin berat dan ngantuk. Namun dari segi track Pos 1, 2, dan 3 rupanya sangat mirip yakni dengan padang sabana seluas mata memandang dikelilingi perbukitan dan pegunungan dengan lautan awan diatasnya. Pantas saja kata warga sekitar yang sering kesini.

“melarang pendakian malam hari via sembalun” apalagi bagi orang yang baru pertamakali menginjakkan kaki di wilayah Rinjani.

Melihat situasi dan kondisi medan serta cuaca, kami dan pak Ryan (warga asli desa sembalun) sempat berunding agak lama mengenai lokasi camp dan persiapan summit, dikarenakan orang yang naik di Rinjani saat ini sangat ramai dan kondisi puncak yang terlihat berawan pada jam tertentu maka keputusannya kita menginap di Pos 3 dengan pertimbangan:

  • Menjaga stamina melewati bukit penyesalan
  • Menyimpan tenaga untuk summit puncak Anjani
  • Melihat sunset pukul 06.00 Pagi tanpa ada awan yang menutupi
  • Lokasi camp plawangan yang strategis
  • Sumber air yang memadai

Dengan pertimbangan diatas maka memang sangatlah bijak untuk menginap di Pos 3. Tujuan saya dan mydaypack di punggung ini memang adalah puncak Anjani 3726 MDPL, maka dari itu butuh strategi dan persiapan untuk mencapainya. Tapi lebih dari pada itu, hal yang tidak kalah pentingnya yang sudah menjadi semboyang para pendaki ialah

“Tujuan mendaki bukanlah semata menggapai puncak, namun pulang dengan selamat”.

Day 3 (Bukit Penyesalan)

Bangun pagi-pagi buta dengan kondisi yang segar dan fit tak lupa kami melaksanakan sholat subuh terlebih dahulu kemudian dilanjutkan sarapan pagi dan berangkat pada pukul 07.55 Wita. Perjalanan selanjutnya yakni menuju Pos 4 atau yang terkenal disebut dengan “Plawangan” yang merupakan pos terakhir menuju Summit Attack puncak anjani, di pos ini pula semua pendaki dari berbagai jalur berkumpul termasuk jalur via Senaru.

Track Pos 3 adalah yang paling extreme diantara pos-pos lain karena kita harus menanjak 7 bukit yang terkenal dengan nama “Bukit Penyesalan” dengan elevasi 45 drajat. Saat melewati jalur ini tenaga akan benar-benar terkuras habis dan membuat orang benar-benar menyesal telah mendakinya, hahaha. Tapi jangan khawatir penyesalan itu lagi-lagi berbanding lurus dengan indah pemandangan di sepanajang jalan dimana kita dapat melihat bunga abadi edelweis yang tumbuh, serta padang sabana Pos 1 – Pos 3 yang telah dilewati, sungguh merupakan sebuah penyesalan juga jika tak melihat ini, hahaha.

Selanjutnya kami tiba di sebuah Pos dengan tempat peristirahatan yang ramai dengan pendaki lain. Awalnya sudah senyum-senyum sendiri dan teriak legah karena sudah sampai di Plawangan, ternyata eh ternyata baru sampai di Pos Eksra, hahaha. Kata orang yang baru saja turun dari Plawangan

“ini masih setengah jalan bang, diatas masih ada setengah jalan lagi tapi dengan tanjakan dua kali lipat beratnya dari yang tadi”

Serentak senyum tadi berubah menjadi keringat dingin kembali, hahaha. Tapi untunglah di Pos Ekstra ini kami bertemu kembali dengan bang Agus dan bang Bob yang merupakan orang sini sekaligus yang tau jalur Rinjani dari a-z. Semangat menaklukkan bukit penyesalan kembali datang, ayooooo kawaaaan joss…..

Perjalanan dilanjutkan menuju Plawangan dengan tanjakan bukit penyesalan yang seakan tak ada habisnya. Saya ingin mengingatkan bahwa di sepanjang perjalanan di sisi kiri dan kanan terdapat banyak tumbuhan liar yang hidup, jadi kita harus berhati-hati kalau ingin berpegangan saat menanjak. Tempo hari di bukit penyesalan ini jari saya sempat terluka karena berpegangan dengan tumbuhan yang entah apa namanya. Seketika itu pula jari saya serasa lemas dan sakit, untunglah saya sudah sedia tas medis kecil berisikan perlengkapan medis, jadi saya membalut jari saya untuk menghilangkan rasa nyerinya.

Masih di bukit penyesalan yang tak ada habisnya, hal yang tidak saya inginkan terjadi. Tiba-tiba perut berbunyi, bukan karena lapar tapi karena ingin buang air, hahaha. Sungguh hal yang tak diinginkan disaat seperti ini. Maka dari itu tempo berjalan saya perlahan semakin lambat biar selamat. Keringat dingin tadi semakin menjadi, saya pun pasrah dan bersabar hingga tiba di Plawangan dan mata air selanjutnya.

Tiba di Pos 4 Plawangan kurang lebih pukul 12 siang hari saya langsung menyimpan carrier dan menuju ke mata air terdekat untuk menuntaskan masalah di bukit penyesalan tadi, hehehe.

Sekedar informasi buat para pendaki Rinjani bahwa di Pos 4 atau biasa disebut Plawangan merupakan pos terakhir sebelum Summit Attack Puncak Anjani, di pos ini pula seluruh pendaki bertemu dari berbagai jalur termasuk via senaru dan kemudian mendirikan tenda untuk persiapan. Alasan mengapa Plawangan menjadi lokasi camp terakhir karena :

  • Dekat dengan sumber/mata air (kurang lebih 1,5 Km)
  • Tekstur tanah yang rata dan memanjang luas
  • Pemandangan danau segara anak yang indah
  • Pemandangan jalur menuju puncak Anjani yang jelas
  • Suhu dan iklim yang pas untuk tubuh

Selanjutnya ialah pendirian tenda dan bersih-bersih di mata air Plawangan. Karena masih banyak waktu yang tersisa jadi kami sempat berleyeh-leyeh manjah sambil main uno dengan pemandangan danau segara anak dan lautan awan Rinjani yang memukau, sepertinya rasa lelah tadi seketika hilang melihat pemandangan indah Rinjani. Sore hari saya sempat mengabadikan beberapa view Rinjani dan Segara anak dengan sunsetnya yang memukau.

Pas setelah cahaya sunset meninggalkan danau segara anak kemudian kami packing untuk persiapan summit attack pukul 2 dinihari nanti. Ingat persiapan summit tak sama dengan persiapan mendaki lengkap, yang harus dipersiapkan ialah sebagai berikut:

  • Jaket gunung tebal berbahan parasut untuk menghindari dinginnya angina dan basahnya gerimis hujan
  • Buff/masker
  • Kaos tangan tebal anti dingin
  • Topi/kupluk
  • Headlamp + baterai cadangan
  • Sepatu gunung
  • Kaos kaki tebal
  • Gaiter untuk menghalangi masuknya pasir, batu, dan krikil didalam sepatu (jangan seperti saya yang tak membawa gaiter karena di Makassar sudah pada habis, hahaha akhirnya yang jadi korban adalah kakinya)
  • Daypack/tas salempang kecil
  • Air minum 1 botol cukup
  • Permen/Vit. C
  • Roti/biskuit
  • Coklat/coki-coki
  • Tenaga (semaksimal mungkin)

Nah, itu tadi persiapan yang harus dibawa sebelum summit. Maka dari itu persiapkan segalanya sebelum istirahat pada malam sebelumnya. Ingat jangan membawa terlalu banyak beban, karena hal tersebut hanya akan menyusahkan anda saat summit, apalagi track puncak rinjani termasuk yang sulit dengan tanah berpasir dan suhu dibawah 10 drajat celcius yang membuat orang rawan terkena hipotermia.

Ok, setelah semua sudah siap dan mantap, waktunya mengisi tenaga dengan tidur pulas sebelum summit attack.

Day 4 (Summit Attack)

Rencana awal kami bangun pukul 01.00 dini hari gagal karena tidur yang nyenyak, hahaha. Untung saja kami bangun pukul 02.00. Bagaimana kalau kami bangun pukul 06.00, mungkin akan jadi penyesalan seumur hidup sama seperti bukit penyesalan yang baru saja terlewati, hahaha.

Sesaat setelah bangun semua langsung panik dan bergegas mengambil barang, untungnya kemarin sudah packing summit jadi tinggal ambil tas dan berangkat dah. Oh iya sebelum berangkat kami makan sepotong roti dan segelas susu hangat untuk penambah tenaga. Setelah itu pemanasan, briefing dan langsung berangkat menuju puncak…

Saat itu kami start kurang lebih pukul 3 dini hari, dari bawah kami melihat cahaya headlamp dari ketinggian eh ternyata sudah ada berjalan setengah perjalanan, dalam hati berkata

“dehh sudah ada yang duluan, bisa-bisa tidak dapat view sunrise ini”

Akhirnya saya membulatkan tekad apapun yang terjadi

“HARUS SAMPAI PUNCAK ANJANI SAAT SUNRISE”

Hal tersebut yang menjadi pendorong saya mulai awal sampai akhir summit. Tapi seiring perjalanan dan melihat track yang terjal, kaki ini mulai lelah, nafas ini mulai terengah-engah, tubuh ini mulai terasa dingin hingga setengah perjalanan saya sempat mengeluh dalam hati dengan track yang cukup menguras tenaga ini. Bagaimana tidak, ketika kita melangkahkan kaki 6 langkah maka saat itu pula kaki akan terperosot kembali 3 langkah. Jadi jumlah langkah yang kita lakukan hanya setengah dari total langkah kita. Tapi kembali saya melihat jam yang menunjukkan pukup 4.30 dini hari, saat itu saya mengingat lagi kalau sunrise kurang lebih 1 jam lagi.

Saya melanjutkan perjalanan tanpa berhenti dan tanpa duduk demi untuk melihat indahnya sunrise di puncak, di tengah perjalanan untuk menghilangkan rasa lelah saya bercengkrama dengan beberapa kawan pendaki dari France bernama Quinton dan Yuliana, Mas Yuri dari Indonesia serta beberapa teman dari Swiss dan Polandia. Kami sama-sama bercerita dengan nafas terengah-engah mengenai sampai kapan sampai di puncak ini, hahaha.

Disisi lain tidak sedikit pendaki yang saya lihat menepi ke pinggir untuk beristirahat karena kelelahan. Ada yang menunggu hangat cahaya matahari muncul, ada yang beristirahat hingga tertidur karena tak tahan dengan iklim pada tanjakan terakhir.

Waktu menunjukkan pukul 05.00 dini hari dan saya masih di tanjakan terakhir yang sangat terjal. Pada tanjakan terakhir ini hanya cukup dilewati 1 orang saja. Jika jatuh kesebelah kanan maka akan sampai di danau segara anak, sedangkan jika jatuh di sebelah kiri entahlah mungkin akan kembali ke Pos 1.

Waktu menunjukkan pukul 05.30 dini hari dan tanjakan terakhir seperti tak ada habisnya. Badan mulai menggigil karena suhu dingin yang extreme, lutut pun terasa gemetar menahan berat badan ini serta penglihatan yang mulai berkunang-kunang. Saya kurang mengingat jelas tanjakan terakhir tersebut, yang ada di pikiran saya hanya

“sunrise, sunrise, sunrise dan melangkah, melangkah, melangkah”

Tiba-tiba eh saya sudah sampai di puncak, tadi itu rasanya serasa berjalan seperti mayat hidup yang setengah sadar. Tapi Alhamdulillah bisa sampai puncak pukul 06.15 saat dimana sang fajar mulai menunjukkan cahayanya. Sungguh merupakan pemandangan sunrise yang mahal dan tak ada duanya.

“jika engkau mengaku pernah melihat sunset terindah, maka itu di puncak Rinjani”

Sambil terharu saya melihat sekeliling dan bersyukur masih diberi hidup melihat ciptaan Allah SWT yang seindah ini, bersyukur bisa berdiri di top/puncak Mt. Rinjani 3726 MDPL, dalam hati pun berkata “sungguh aku ingin ke Rinjani lagi kelak”. Seakan semua pegal di tubuh ini hilang dan terbayarkan oleh keindahan sang puncak. Pantas saja kalau orang sering berkata

“ke Rinjanilah, mata akan terpuaskan oleh keindahannya layaknya mendaki 7 Gunung yang indah”.

Setelah kurang lebih 1 – 2 jam menikmati lautan awan dan birunya danau segara anak di Puncak Anjani kami pun turun dan kembali ke Plawangan. Normal pendakian summit ialah 3 jam tanpa duduk dan istirahat biasa dilakukan orang lokal dan professional, sedangkan yang paling umum ialah 5 – 7 jam jika sering istirahat dan jalannya santai.

Pas turun ternyata eh ternyata cuma 2 jam sudah sampai Plawangan, hahaha. Bisa sambil lari dan main seluncuran turunnya bro. Tapi hati-hati bagi yang tidak punya gaiter bersiaplah akan pasir dan krikil masuk di sepatu, karena tanjakan dan turunan di Rinjani lebih dari sekedar jalan-jalan

Sampai di Plawangan kami kembali berunding untuk jalur selanjutnya, apakah ingin via senaru atau via sembalun. Ada beberapa pertimbangan yang kami perdebatkan saat itu, terutama tiket yang sudah kami pesan untuk keberangkatan esok hari. Akhirnya kami mengorbankan jalur senaru dan kembali memilih jalur sembalun agar bisa mengejar tiket pulang kami. Mungkin itulah pilihan paling tepat, toh kami juga sudah menjejakkan kaki di puncak Anjani yang menjadi tujuan utama. Saatnya joss sembalun……

Itulah tadi catatan pendakian Mt. Rinjani 3726 MDPL. Semoga bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi teman-teman pendaki dan traveler di seluruh pelosok negeri. Berikut catatan pendakian yang sempat saya catat dengan detail saat pendakian:

Estimasi Waktu Pendakian Via Sembalun – Mydaypack

Pintu gerbang – Pos 1     = 2 jam

Pos 1 – Pos 2                   = 1 jam

Pos 2 – Pos 3 (Bukit penyesalan) = 1 jam

Pos 3 – Pos 4 (Plawangan)           = 4 jam

Pos 4 – Puncak Anjani                  = 4 jam

Puncak Anjani – Pos 4                  = 2 jam

Pos 4 – Pos 3       = 2 jam

Pos 3 – Pos 2       = 1 jam

Pos 2 – Pos 1       = 30 menit

Pos 1 – Pos 0       = 2 jam

 

Catatan Pendakian Mydaypack – Ogitraveler

Day 1 (Adaptasi)

10.00     Start Barru

12.30     Tiba di Bandara Sultan Hasanuddin

13.30     Boarding Pass

14.00     Take off

15.15     Tiba di Bandara International Praya Lombok

15.30     Penjemputan menuju desa Sembalun (kaki gunung Runjani)

17.10 Makan masakan Lombok

17.45     Lanjut perjalanan (karena macet)

18.55     Tiba di selong

21.13     Tiba di desa Sembalun

Day 2 (Pendakian)

04.30     Bangun pagi dan sholat

07.00     Sarapan pagi

08.00     Packing

09.00     Naik pick up

09.20     Regist

09.56     Tiba di pintu gerbang dan menuju pos 1

10.54     Istirahat kedua

11.42     Tiba di Pos 1

12.00     Lanjut Pos 2

12.45     Tiba di Pos 2

14.30     Makan siang

15.40     Lanjut Pos 3 (bukit penyesalan)

15.52     Istirahat bukit penyesalan

15.58     Lanjut

16.23     Istirahat lagi

16.29     Tiba di Pos ekstra

16.43     Tiba di Pos 3

17.00     Briefing lokasi pendirian tenda (pertimbangan summit dan kondisi fisik serta cuaca extreme)

18.00     Keputusan pendirian tenda di Pos 3

18.00     Istirahat dan sholat

19.00     Cerita sejarah rinjani

22.00     Istirahat tidur

Day 3 (Bukit Penyesalan)

05.00     Bangun dan sholat subuh

06.00     Ngopi dan ngeteh dulu

07.00     Sarapan pagi

07.15     Packing

07.55     Menuju Pos 4 Plawangan (melewati 7 bukit)

8.17        Bukit 1

8.28        Bukit 2

09.00     Bukit 3 (Pos Ekstra)

09.30     Bukit 4 (terluka)

09.56     Bukit 5 (bukit penyesalan)

10.00     Bukit 6 (istirahat)

11.30     Bukit 7

12.00     Tiba di Pos 4 Plawangan

15.30     Sholat

16.20     Main uno

17.00     Spot foto dan video Danau Segara Anak

18.00     Packing Summit

19.30     Makan malam dan briefing menuju summit attack

20.00     Istirahat menuju summit attack puncak Anjani

Day 4 (Summit)

02.00     Bangun dan sarapan pagi

03.00     Summit attack puncak Anjani

03.15     Jalan berpasir dan nanjak

02.44     Jalan bertanah

02.57     Jalan berpasir dan menanjak 45 drajat

06.15     Tanjakan terakhir selesai

06.30     Menikmati sunrise di Puncak Anjani

07.30     Kembali ke Plawangan

08.30     Istirahat di depan Danau Segara Anak

09.30     Lanjut perjalanan

11.00     Tiba di Plawangan

12.00     Makan siang

13.00     Briefing memilih jalur turun

13.30     Keputusan terpilih jalur sembalun (dengan berbagai pertimbangan)

15.43     Tiba di Pos Ekstra

16.28     Tiba di Pos 3

17.20     Tiba di Pos 2

17.50     Tiba di Pos 1

19.50     Tiba di Pos 0

20.00     Makan malam dan sholat

23.00     Istirahat

Mydaypack yang sudah sampai puncak Rinjani 3726 MDPL

20 thoughts on “Catatan Pendakian Gunung Rinjani 3726 MDPL 17 Agustus 2017

  1. Supeerr kereenn…luar biasa tulisannya bro, sy suka jalan-jalan namun bukan tipe pendaki gunung tapi membaca ini rasanya Puncak Anjani harus masuk dalam bucket list. Tulsannya sangat detil dan lucu hahaa..Keep writing bro, sukses dan sehat selalu

    1. terimakasih bro apresiasinya, hahaaa nulis dari pengalaman pribadi itu memang lebih kerasa dibanding copas… salam kenal mas Idoe

      jangan lupa siapkan fisik dan kesehatan prima sebulan sebelum brangkat bro.

  2. Cantik bangeeeeeet…!!
    Aku enggak berani mendaki. Takut fisik enggak kuat dan malah nyusahin teman seperjalanan nantinya. Cukuplah membaca tulisan dan melihat foto-foto pendakian seperti ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.