Artikel ini merupakan lanjutan dari artikel 42 Kegiatan Selama 24 Jam di Palembang (Part I) yang tempo hari saya tulis. Karena kegiatannya yang banyak maka saya membagi artikelya menjadi dua bagian yang masing-masing artikel terdiri dari 21 kegiatan. OK langsung saja, berikut lanjutan kegiatannya :
- Melihat langsung kain songket Palembang
Sumatera dari dulu sudah memiliki catatan sejarah yang sangat panjang mulai dari kerajaan Sriwijaya hingga kesultanan Palembang. Ada banyak barang-barang peninggalan yang masih ada hingga saat ini seperti ukiran batu zaman megalitik hingga kain songket yang bisa kita jumpai di kota pempek ini. Berdasarkan sejarah, nenek moyang Indonesia telah mengenal teknik MENENUN dari dulu, salah satunya di pulau Sumatera ini yang menjadi gudangnya para penenun yang handal dengan hasil tenun berupa kain songket.
- Makan martabak HAR
Lagi dan lagi terdapat kuliner enak yang khasnya hanya bisa didapatkan di kota Palembang ini yang bernama Martabak HAR. Pertama mendengar nama martabak HAR ini saya mengira bahwa ini adalah nama atau brand dari martabak tersebut, ternyata kata “HAR” merupakan singkatan dari nama pemiliknya yakni “Haji Abdul Rozak” yang merupakan pedagang dari India.
Selain pempek, martabak HAR ini merupakan salah satu kuliner yang bikin rindu akan Palembang. Citarasa martabak ini beda dengan martabak pada umumnya. Martabak HAR berupa martabak yang digoreng kemudian didalamnya berisi telur dan bisa dicampur sayuran ataupun daging yang disajikan bersama kuah dengan rempah-rempah khusus yang berisi kentang plus cuko khas Palembang, nahh kan saya jadi ngiler lagi menulis sambil mengingat mengenai kelezatan Martabak HAR ini.
Martabak Har berada di mana-mana disetiap sudut kota Palembang jadi jangan khawatir takut kehabisan
- Melihat Bait AL-Qur’an Al-Akbar terbesar di dunia
Setelah kenyang menyantap martabak HAR selanjutnya kita langsung berangkat menuju wisata religi yakni bait Al-Qur’an Al-Akbar yang merupakan Al-Qur’an terbesar di dunia diukir diatas papan kayu raksasa dengan tinta emas dan disusun dengan rapi sesuai urutannya. Sungguh merupakan hal yang sangat membanggakan mengetahui bahwa tempat ini berada di Indonesia. Buat yang matanya rabun jauh semoga setelah kesini bisa membaca ayat Al-Qur’an nya dengan lancer, hehee.
Lokasi tempat ini dari titik awal saya di Ampera sangat berlawanan arah dengan destinasi yang sebelumnya. Jika kita dari arah jembatan Musi 2 maka belok kiri kemudian nanti belok kanan ketika melihat papan penanda bait Al-Qur’an Al-Akbar. Sedangkan jika dari arah Jl. Parameswara kita belok kanan sebelum jembatan Musi 2 dan kemudian belok kanan ketika melihat papan penanda yang saya sebutkan diatas.
- Kunjungan museum Sriwijaya
Perjalanan menuju obyek wisata Bukit Siguntang kembali saya menjumpai sebuah museum yang bernama Museum Sriwijaya. Lagi dan lagi ternyata ada museum di kota ini, salut dengan para birokrat provinsi dan kota ini yang telah menjaga dengan baik museum-museum beserta isinya yang eksis sampai hari ini. Tak ada salahnya jika singgah sejenak untuk melihat isi dari museum ini.
- Belajar Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Isi dari museum ini memiliki beberapa kesamaan dengan museum Balaputradewa yang saya kunjungi sebelumnya yakni terdapat berbagai batu peninggalan pada zaman megalitik, tapi yang berbeda ialah pada museum ini secara khusus membahas mengenai kebesaran kerajaan Sriwijaya berabad-abad silam. Tak salah saya berkunjung ke tempat ini, sebab dari sini saya bisa kembali belajar mengenai kerajaan Sriwijaya yang perkasa yang berjaya sejak abad ke-7 s/d abad ke-14 M dengan kota Palembang sebagai salah satu pusat jalur perdagangan Asia Tenggara.
Jangan ragu bertanya pada penjaga museum, mereka memiliki ilmu sejarah yang banyak jadi jangan sungkan bertanya
- Kunjungan obyek wisata arkeologi Bukit Siguntang
Tempat ini merupakan obyek wisata arkeologi dikarenakan terdapat berbagai macam benda peninggalan berupa artefak, batu serta makan yang katanya merupakan nenek moyang warga/leluhur zaman dulu yang pernah tinggal di kota Palembang ini. Saya tak bisa banyak emngambil gambar pada saat berkunjung ke tempat ini dikarenakan pada saat itu berpapasan dengan dilakukannya renovasi obyek wisata arkeologi ini. Jika ingin bebas berkeliling di tempat ini maka saran saya pergilah pada bulan Februari 2017 dan seterusnya.
- Makan siang di RM. Ibat Daun
Tak terasa sudah keliling sejauh ini, perut pun mulai member kode untuk diberi sedikit perhatian. Apalagi kalau bukan Makaaaan. Karena kunjungan saya tepat pada masa liburan hari raya 25 Desember, jadi ada banyak orange yang memanfaatkan long weekend ini untuk liburan. Jadi saya mencoba mencari tempat makan yang sudah buka, sampai pada akhirnya saya menemukan sebuah tempat makan yang telihat unik dan seru untuk beristirahat dan makan. Namanya adalah RM. Ibat Daun dengan model traditional-modern ini terdiri dari beberapa tempat diantaranya ruangan ala Eropa, ruangan ala anak muda dan ada juga ruangan ala tradisional dimana kita bisa lesehan dan nyandarin punggung kita.
Jangan tanya saya memilih yang mana, sudah pasti saya memilih yang lesehan heheee. Maklum wong deso lebih suka makan lesehan dengan ala-ala tradisional Indonesia. Tapi walaupun lesehan rasanya lebih nyaman dan senang karena budaya Indonesia tetap bisa terus lestari dengan ini, selalu bangga dengan budaya Indonesia.
- Mencicipi pindang ikan khas Palembang
Kuliner di Palembang tidak berakhir di martabak HAR tadi, sekarang masih ada lagi kuliner andalan kota pempek ini yang bernama Pindang Ikan khas Palembang yang menggugah selera. Jangan memaksa saya menceritakan rasanya lagi, takutnya seperti saat saya menceritakan rasa martabak HAR yang akhirnya membuat ngiler dan rindu akan kuliner tersebut, hahaaaa. Lebih jelasnya lihat saja foto pindang ikan yang saya makan dua minggu lalu saat berada di Palembang penampakannya seperti ini.
rasa pindang ikan dipalembang sangat berbeda dari pindang ikan kota lain
- Mencoba sate di Palembang
Kalau kuliner ini di seluruh pelosok Indonesia pasti ada, tapi iseng-iseng saya hanya ingin mencoba rasa sate di Palembang seperti apa. Berdasarkan segi tekstur dan bumbu, rasa sate ini tidak jauh beda dengan sate-sate yang ada di kota lain di Indonesia, cuma karena saya ngiler aja jadi mau makan sate. Pasangannya pun hanya sebuah lontong jadi Cuma pengganjal perut saja dengan beberapa tusuk sate. Lumayan untuk menambah tenaga pada perjalanan selanjutnya.
- Melihat langsung Benteng Kuto Besak
Setelah berkeliling di begitu banyak tempat baik yang jauh ataupun dekat saya baru sadar bahwa ada sebuah tempat yang ternyata berada di samping jembatan Ampera yang belum saya datangi yakni Benteng Kuto Besak. Letaknya dekat Ampera dan areal yang luas membuat banyak orang yang ke tempat ini untuk sekedar duduk bersantai sambil melihat aktifitas sungai Musi dan jembatan Ampera yang megah.
Awalnya saya mengira bahwa tempat ini merupakan sebuah benteng tua peninggalan kerajaan yang sudah tidak dipergunakan lagi. Tapi setelah kesana dan melihatnya secara langsung ternyata benteng kuto besak sekarang dipergunakan sebagai markas tentara dan tembok-tembok benteng yang tadinya saya kira sudah tua ternyata sangat bersih dan mulus karena sering dirawat.
sudut terbaik untuk memotret jembatan Ampera berada di depan benteng kuto besak
- Menelusuri rumah makan terapung sungai Musi
Rumah makan terapung bukan hal yang aneh di sungai Musi. Kita dapat melihat banyak rumah makan terapung yang berjejeran di tepian sungai musi dengan menu makanan Palembang yang bermacam-macam sesuai selera. Sensasi yang berbeda ketika makan disini ialah kita bisa melihat aktifitas pasar dan kapal-kapal yang lewat di sungai Musi, selain itu sambil makan jangan kaget karena tubuh kita akan bergerak-gerak karena getaran gelombang air sungai Musi.
- Melihat aktifitas sungai Musi
Hal yang sangat saya senangi ialah ketika melihat langsung aktifitas pasar tradisional di kota-kota yang saya kunjungi. Pada zaman modern ini jumlah Mall semakin banyak dan membuat pasar tradisional bukan satu-satunya lagi primadona tiap akhir pekan saat kita ingin berbelanja bulanan. Meski begitu saya masih lebih suka dengan ramai aktifitas pasar tradisional dan berbagai kegiatan di sekitaran sungai Musi ini.
- Jalan-jalan di wisata kuliner tepian sungai Musi
Jika bingung mencari makanan di sekitaran Ampera maka jangan khawatir, karena di sepanjang sungai Musi terdapat banyak jajanan enak nan murah. Kita bisa makan sepuasnya disini dengan paket hemat dan berbagai makanan tradisional yang dtawarkan. Kalau di Makassar saya mengingat aktifitas yang seperti ini berada di Pasar Terong yang berada di seberang Masjid Al-Markas. Semoga pasar dan kuliner tradisional Indonesia tetap terus lestari di era modern ini.
- Kunjungan museum Sultan Mahmud Badaruddin II
Kunjungan museum di Palembang ternyata belum selesai pada museum Sriwijaya tadi, masih ada satu museum yang letaknya tidak jauh dari Ampera juga yang bernama Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, tapi sayangnya saya belum bisa masuk kedalam dikarenakan museum ini dalam proses pemeliharaan. Jadi saya hanya bisa mengintip dari luar jendela museum ini
- Melihat keindahan Palembang dari puncak museum Monpera
Masih ingat kan Monpera yang kita kunjungi kemarin yang merupakan singkatan dari Monumen Perjuangan Rakyat. Setelah kemarin belum puas hanya bisa melihat keindahan Monpera dari luar dan hanya bisa mengintip isinya dikarenakan bertepatan dengan hari libur, hari ini monumennya sudah buka dan kita bisa masuk sampai lantai atas. Melihat kesempatan ini saya langsung cuss menuju puncak monumen.
Monpera merupakan bangunan segi lima yang terdiri dari 8 lantai dimana pada lantai puncak kita bisa melihat keindahan kota Palembang dan ramai aktifitas sungai Musi dan Ampera.
- Jalan-jalan di pasar Kuto Palembang
Hal yang sangat saya senangi ialah ketika melihat langsung aktifitas pasar tradisional di kota-kota yang saya kunjungi. Pada zaman modern ini jumlah Mall semakin banyak dan membuat pasar tradisional bukan satu-satunya lagi primadona tiap akhir pekan saat kita ingin berbelanja bulanan. Meski begitu saya masih tetap lebih suka dengan ramai aktifitas pasar tradisional dan berbagai kegiatan seperti di Pasar Kuto ini.
- Jajanan durian Palembang
Melihat durian saya teringat kampong halaman saya di Sulsel ada sebuah kota yang bernama Palopo yang juga sangat terkenal dengan durian nya yang menggugah selera. Pasar Kuto pun menawarkan hal yang sama, bagi para pecinta durian disini merupakan surganya durian dimana kita bisa melihat penjual durian di sepanjang pasar kuto.
karena kendaraan sangat padat, gunakanlah sepeda motor agar bisa selap-selip dan menghemat waktu perjalanan
- Makan di warung Aba
Nah kalau tempat makan ini saya mendapat referensi dari salah satu travel blogger yang namanya sudah tidak asing lagi di dunia persilatan hahaaa eh salah maksudnya di dunia travel blog. Ya dia adalah salah satu blogger andalan saya yang blog nya sering saya kunjungi yakni backpackstory.me dengan ownernya bang Ariev. Saat saya search mbah google maka muncullah artikelnya. Catatan dan jam terbangnya yang segudang dituangkan dalam berbagai artikel sangatlah menarik. Adduh, Sampai lupa tadi bahas tentang tempat makan yang bernama warung Aba ini.
Jadi di warung Aba ini terdapat juga kuliner seperti di 26 ilir Palembang yang saya kunjungi kemarin seperti laksan, ragit, pempek dan masih banyak lagi. Lokasinya yang dekat dengan Pasar Kuto menjadikannya sayang kalau tidak kita kunjungi saat kesini.
- Berfoto di titik nol Palembang
Salah satu kebiasaan saya with Mydaypack ialah mencari titik nol dari provinsi/kota yang saya kunjungi dan menyempatkan berfoto di tempat tersebut. Jadi sekedar informasi tambahan bahwa titik nol kilometer Palembang bukanlah di jembatan Ampera melainkan berada di bundaran air mancur Palembang yang terlihat jelas ketika turun dari jembatan Ampera.
bundaran air mancur akan terlihat lebih indah ketika malam hari saat airnya mengalir dan lampunya menyala
- Melihat kehidupan di Kampung Kapitan
Kampung kapitan merupakan sebuah kampung yang sudah ada sejak zaman penjajahan kota pempek ini dimana masyarakat keturunan tionghoa untuk pertamakalinya menetap di Palembang. ika kita berada di atas jembatan Ampera akan terlihat dengan jelas tulisan “KAMPUNG KAPITAN” yang berada di seberang sungai Musi yang dapat memudahkan kita menemukan tempat ini.
- Mencicipi pempek model 26 ilir
Sebagai penutup kegiatan kembali lagi saya makan pempek Palembang di 26 ilir tapi dengan jenis yang berbeda. Namanya adalah Pempek Model Palembang dimana jenis pempek ini disajikan dengan kuah hangat dan tidak lupa bersama cuko nya. Awalnya saya ragu memesan pempek ini karena namanya yang aneh yakni Pempek Model. Saya kira bahwa ada semacam model/artis untuk pempek ini hahaaa. Tapi ternyata tidak, rasa kuah plus cuko nya yang khas masih terasa sampai saat saya menulis artikel ini.
26 ilir adalah jagonya pempek
Itulah tadi cerita perjalanan saya selama 24 jam di Palembang, semoga bisa menjadi referensi buat sahabat Mydaypack yang ingin berkunjung ke Palembang tapi bingung dengan tempat tujuan apa saja yang seru di kota pempek ini. Setelah kesini Alhamdulillah saya bisa lebih tahu bahwa Palembang bukan hanya pempek, tapi Palembang adalah kota kuliner, kota sejarah, dan juga kota besar dan nyaman yang ada di Indonesia, jadi ayo ke Palembang!
Padat dan cukup banyak destinasi yang dikunjungi ya 🙂 coba kontak aku, bisa jumpa deh. Next time ya!
Kurangnya belum main ke kampung arab Al-Munawwar di 13 Ulu. Artinya kudu balik ke Palembang lagi tuh hehe.
iyaa kemarin belum punya kontaknya omdut, huhu. bagi kontak wa nya omdut supaya bisa langsung di kontak kalo saya ke palembang lagi lagi atau mau trip bareng hehee
iya bener banget, aku ga tau kampung arabnya di sebelah mana jadinya ga kesana deh….